Minggu, 24 Mei 2009

Tipologi Guru

     Setidaknya ada enam tipologi guru di Indonesia berdasarkan kode-kode budaya yang dimiliki sebagai hasil interaksi dari waktu ke waktu sesuai dengan prinsip historikalitas  pengalaman manusia. Karena perbedaan kode budaya ini maka orientasi profesionalisme  masing tipe gutru juga sudah pasti berbeda.

1. Tipe Politis Hegemonis

     Tpe ini merupakan warisan sejarah dari zaman kerajaan  yang memandang derajat seseorang berdasarkan kekuasaan yang dimilikinya. Pandangan priyayi sebagai bagian dari aparatur negara merupakann salah satu faktor yang sangat kuat mendorong munculnya ambisi - ambisi hegemonik. Dan guru sebagai dari korp Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) dipandang memiliki peran refresentatif kekuasaan negara. Sehingga berkembanglah anggapan bahwa semakin tinggi jabatan seseorang semakin tinggi pula seharusnya kekuasaan yang ia miliki

     Guru yang memiliki tipe ini akan meletakkan kepentingan meraih posisi  atasan di atas kepentingan lainnya. Biasanya guru bertipe ini menganggap karir guru meningkat apabila seorang guru bisa menjadi kepala sekolah, pengawas sekolah, kepala bidang di dinas pendidikan atau menjadi kepala dinas pendidikan. Di sini terdapat inkonsistensi berpikir dari fungsional ke struktural dan ini jarang disadari oleh banyak guru. Kegiatan yang diupayakan oleh guru tipe ini adalah lobi -lobi, memperhitungkan peluang suatu jabatan tertentu dan sejenisnya.

2. Tipe Enterpreuner

     Tipe ini merupakan hasil interaksi historikal pengalaman manusia dengan industrialisasi yang ide utamanya adalah unit-unit kapital atau uang. Gutu tipt ini selalu mendasarkan pada perhitungan untung rugi dalam satuan uang. Karir atau derajat seseorang pun dilihat dari seberapa banyak seorang guru dapat menunjukkan bahwa ia memiliki uang. Guru yang telah memiliki rumah bagus, kenderaan bagus, dan barang-barang mewah lainnya dipandang lebih berhasil daripada guru yang belum memiliki apa-apa

3. Tipe Asketis Religius

     Kepribadian tipe ini merupakan hasil interaksi historikal pengalaman guru dengan sisi sufistik pengalaman keagamaan. Menghindari kenikmatan dunia ( zuhud ), menjaga diri dari berbuat salah ( Wara ), bersahaja ( tawakkal ), sabar dll merupakan orientasi utama dari guru tipe ini. Namun tipologi ini tidak terlalu berpengaruh terhadap tugas secara teknis, sehingga beberapa orang guru dari tipe ini mungkin memiliki kinerja bagus dan mungkin pula tidak bagus. Karena nilai-nilai asketis tidak memiliki hubungan keniscayaan dengan peningkatan kompetensi guru secara keseluruhan. Guru yang baik menurut tipe ini adalah guru yang tidak tamak, tidak rakus pada dunia, dan sabar menghadapi segala masalah, menerima apa adanya, sehingga terkadang terjebak pada kecendrungan vatalistik.

4. Tipe Egosentrik 

     Tipe ini merupakan perpanjangan pandangan eksistensialisme di mana bobot kebebasan individual diberikan terlalui besar. Salah satu modus pembelajaranyang sering dibicarakan di penataran-penataran salah satu di antaranya mengarah pada egosentrisitas, learning to be. Guru yang memiliki tipe ini mendasarkan orientasi profesionalnya pada diri sendiri, dalam artian segala sesuatu yang bertentangan dengan dirinya tidak layak untuk dipertahankan. Guru yang hebat menurut guru bertipe ini adalah guru yang bisa melakukan segala sesuatu dengan bebas " semau gue"

5. Tipe Peneliti Akademis

     Guru yang memiliki tipe ini mendasarkan orientasi profesionalnya pada penguasaan ilmu pengetahuan secara akademis. memiliki kecendrungan yang besarpada pengembangan ilmu pengetahuan, sehingga terkadang ia melupakan sisi teknis pembelajaran. Guru bertipe ini lebih menitikberatkan pada kemampuan didaktis pedagogis.

6. Tipe Profesional

     Guru yang memiliki tipe ini mendasarkan orientasi pendidikannya pada tugas-tugas profesional tenaga pendidikan dan karakteristik yang harus dimilikinya. Guru dengan tipe ini memiliki kegandrungan pada keberhasilan pembelajaran dan pendidikan, sehingga ia mengutamakan peningkatan kompetensi dirinya sesuai dengan tuntutan profesionalnya.

fasilitator Edisi III Tahun 2007

Selasa, 05 Mei 2009

Menunggu Hasil Ujian Nasional

Ujian Nasional ( UN ) telah sukses dilaksanakan, dari segi kegiatan pelaksanaan UN berjalan dengan lancar, Alhamdulillah semua tahapan kegiatan dapat berjalan dengan baik tanpa ada halangan yang berarti. Semua warga sekolah patut bersyukur pelaksanaan UN berjalan dengan baik. Keberhasilan pelaksanaan Ujian Nasional tahun ini tentunya hasil kerja keras semua warga sekolah dan pengawas ujian dari sekolah lain dengan sistem silang murni.
Setelah Ujian Nasional selesai dilaksanakan, saat ini sekolah sedang menunggu hasil dari kerja keras tersebut. Semua warga sekolah mengharapkan hasil yang maksimal. Namun demikian tidak dapat dipungkiri masa menunggu ini juga dihantui oleh kecemasan baik bagi guru maupun bagi siswa. Hal ini disebabkan standar kelulusan Ujian Nasional tahun ini meningkat jika dibandingkan dengan Ujian Nasional tahun lalu. Standar Kelulusan tahun ini adalah minimal rata-rata 5,5.
Dengan dinaikkan standar kelulusan tersebut sudah barang tentu setiap elemen sekolah juga harus meningkatkan upaya atau terobosan sehingga standar yang ditetakan dapat dicapai dengan baik. Saat ini banyak siswa bertanya - tanya apakah mereka dapat lulus pada ujian nasional tahun ini ? sebuah pertanyaan yang sering menghantui para siswa kelas III tahun ini karena hal ini akan menyangkut masa depan siswa kelas III apakah dapat melanjutkan pendidikan atau atau harus mengulang satu tahun lagi. Kepala SMA Negeri 1 Pangkalan Kuras meyakinakan kepada seluruh siswa kelas III yang mengikuti Ujian Nasional tahun ini, bahwa kita telah bekerja keras, serius dalam menghadapi ujian ini maka kita harus yakin bahwa kita akan meraih kesuksesan.

Siswa Menunggu Hasil UN dengan cemas